-->
-->
Masyarakat kabupaten Sikka antusias menerima kehadiran CU sehingga banyak bermunculan CU-CU baru. April 1974 CUCO (Robby Tulus, AG. Lunandi dan Woeryadi) datang memberikan kursus dasar CU dan kepemimpinan) dibiayai oleh keuskupan Maumere.
Tahun 1992, Sumba Timur dan Sumba Barat berdiri sendiri dan 3 tahun kemudian tepatnya tahun 1995, Manggarai pun berdiri sendiri yang langsung difasilitasi dari Inkopdit – Jakarta. BK3D NTT Barat berubah nama atau lebih tepatnya peningkatan perannya menjadi Pusat Koperasi Kredit Bekatigade Ende-Ngada (PUSKOPDIT BEN) pada tanggal 22 Agustus 1998 dalam sebuah forum Rapat Anggota Khusus dan mendapat pengakuan formal dari pemerintah pada tanggal 30 Maret 1999 dengan nomor: 03/BH/KWK.24/III/1999.
a. CreditUnion Lahir dari Arisan Ibu-ibu Watublapi - Maumere
Kehadiran CU di
Maumere Flores oleh P. Heinrich Bollen, SVD dan Yosef Doing pada 1 Januari 1969
dengan memelopori pembentukan CU Lepo Woga, sebelum CUCO terbentuk pada 4
Januari 1970. CU ini merupakan peralihan dari arisan ibu-ibu di Watublapi.
Ketua Yosef Doing, Sekretaris Romanus Woga dan Hendrikus Mana sebagai
bendahara. Kepada anggota ditanamkan pengertian bahwa tujuan CU adalah
mendorong anggota untuk hidup mandiri serta saling melayani melalui usaha
simpan pinjam.
Karena CU sesuatu yang
baru maka diperkenalkan dengan cara membuat sesuatu yang dapat menarik
perhatian. Tahun pertama CU Lepa Woga berhasil membangun 5 rumah permanen dan
20 pondasi rumah anggota. Sampai tahun 1970 sudah dibangun 50 unit rumah
permanen. P. Bollen memiliki keyakinan bahwa suatu saat nanti CU menjadi alat
masyarakat Flores untuk membangun ekonomi
daerah. Untuk mewujudkan visi tersebut para anggota diajarkan dan dibiasakan
hidup hemat.
Tahun 1972 P.
Albrecht, Robby Tullus dan A. G. Lunandi datang memberikan kursus dasar di
Maumere. Robby Tulus memberikan motivasi kepada masyarakat agar memiliki
kemauan kuat memperbaiki perekonomian keluarga.
Pada 9 Desember
1972 Romanus Woga mengikuti Kursus Perkembangan Desa (Kuperda) di Bogor.
Sepulang dari Jawa 1973 Romanus mendapat
tugas menggerakan CU yang saat itu menjadi program kerja IPP.
Ada 10 pedoman membangun masyarakat yang
merupakan catatan Romanus Woga dari Kursus Pengembangan Masyarakat Desa
(Kuperda), yaitu : 1. go to the people (pergi kepada orang-orang),
2.
live among them (hidup di antara mereka),
3.
love them (mencintai mereka), 4. serve them (melayani mereka), 5. learn from them (belajar dari mereka),
6.
plan
with them (rencana dengan mereka),
7.
start what which they know (mulai dari apa yang mereka ketahui), 8. build on what they have
(mengembangkan apa yang mereka miliki), 9. learn by doing (belajar dengan melakukan), dan
10.
teach by showing (mengajar dengan menunjukkan).
Romanus Woga
sendiri aktif di kopdit sejak 1970 -1988 sebagai petugas lapangan sekaligus
motivator kopdit. Ia merintis berdirinya BK3D NTT Timur dan menjadi ketua
periode pertama 1976 – 1982.
Masyarakat kabupaten Sikka antusias menerima kehadiran CU sehingga banyak bermunculan CU-CU baru. April 1974 CUCO (Robby Tulus, AG. Lunandi dan Woeryadi) datang memberikan kursus dasar CU dan kepemimpinan) dibiayai oleh keuskupan Maumere.
Pada 1 Mei 1974
CUCO bersama aktivis CU di Flores sepakat membentuk Koordinasi CU berkedudukan
di Ende dengan koordinatornya Guido Abong. Sub koordinasi CU Flores
berkedudukan di Maumere, dengan kordinatornya Romanus Woga.
1975 dalam
rapat Nasional CU di Bogor, nama kordinator diubah menjadi Badan Pengembangan
dan Pembinaan Credit Union (BPPCU) yang di NTT terbagi dua, yaitu NTT Timur
meliputi kabupaten Sikka, Flores Timur, Alor dan daratan Timor. BPPCU NTT Barat
meliputi Kabupaten Ende, Ngada, Manggarai, Sumba Timur dan Sumba Barat.
Koordinator dan Subkoordinator dihapus.
Menindaklanjuti
hasil seminar, BPPCU NTT Timur mengadakan konferensi daerah di Maumere yang
dihadiri 13 CU yaitu : Berdikari, Surya Kencana, St. Yoseph, Jiro Jaro, Lepo
Woga, Obor Mas, Sube Huter, Suru Pudi, Didik Makmur, Puspa Jaya, dan Wida
Timur, Wida Wini, Bintang Kejora, dan Deru Dede. Ketiga belas CU merubah nama
BPPCU menjadi BPDKK NTT Timur dengan ketua Romanus Woga dari CU Lepo Woga dan
Paulus Keu Bapa dari CU Jiro Jaro menjadi wakil.
BK3I mendorong
agar setiap kopdit dan BK3D mendapatkan status badan hukum dari pemerintah.
BK3D NTT Timur pada 7 September 1996 di Maumere mengadakan rapat dengan 6 ketua
kopdit yang telah memiliki Badan Hukum yaitu: Obor Mas (Maumere) dengan ketua Yosef Doing, Sukma
(Larantuka) dengan ketua Marsel Wutun,
Deru Dede (Maumere) dengan ketua Mathilde Clementia, Bina Keluarga (Maumere) Maria Yustina Idi, Ankara (Lewoleba) dengan ketua Karolus
Tue Ledjab dan Tuke Jung (Nele)
dengan ketua Yoseph Os. Rapat menyetujui
pembentukan Puskopdit Swadaya Utama yang berkedudukan di Jl. Soekarno-Hatta,
Maumere dengan ketua Romanus Woga.
b. Koperasi Kredit Menyebar di Nusa Tenggara Timur
Credit Union
yang dimulai di Maumere, Ende, Bajawa, dan Larantuka tidak terlalu menggeliat
sebagai gerakan yang diminati masyarakat. Mungkin gemanya tertutup dengan
Koperasi Serba Usaha (KSU) dan Koperasi Unit Desa (KUD) yang sejak 1970-an sangat
gencar digalakan. Tetapi jiwa Credit Union yang mempunyai daya tahan yang cukup
kuat dan berkesinambungan membuatnya mantap dan pasti melewati berbagai
hambatan. Berikut ini sepintas melihat perkembangan Koperasi Kredit di daerah
lain di NTT.
1.
Kopdit di Ende dan Ngada : BK3D NTT Barat berpusat di
Ende yang meliputi kabupaten Ende, Ngada, Manggarai, Sumba Timur, Sumba Barat.
BK3D NTT Barat kemudian mengganti nama menjadi Puskopdt Bekatigade Ende-Ngada
dan Nagekeo (BENN).
Menurut catatan perjalanan Koperasi Kredit Indonesia dalam buku
‘Menyongsong Tantangan Abad ke-21’ terbitan Induk Koperasi Kredit
(Inkopdit)-Jakarta tahun 1995, terbentuknya koperasi kredit pertama di Nusa
Tenggara Timur bagian Barat pada tahun 1972. Saat itu sekelompok anak muda guru
SMAK Syuradikara Ende membentuk Credit Union di lingkungan asramanya dengan
nama ‘Jayakarta’. Juni 1974. Credit Union Jayakarta bekerjasama dengan Delsos
Ende, Pater Ir. B. J. Baack, SVD dan CUCO menyelenggarakan Kursus Dasar Credit
Union yang diikuti oleh peserta dari daerah Flores.
Sejak itulah koperasi kredit berkembang di seluruh Flores dan
untuk daerah wilayah barat hingga daratan Sumba
berpayung pada Badan Koordinasi Koperasi Kredit wilayah Barat yang lebih
dikenal dengan BK3D NTT Barat. BK3D NTT Barat dengan kegiatan utamanya Silang
Pinjam Daerah (SPD) dimulai pada tanggal 07 Juli 1985 yang meliputi Kabupaten
Ende, Ngada, Manggarai, Sumba Timur dan Sumba Barat.
Tahun 1992, Sumba Timur dan Sumba Barat berdiri sendiri dan 3 tahun kemudian tepatnya tahun 1995, Manggarai pun berdiri sendiri yang langsung difasilitasi dari Inkopdit – Jakarta. BK3D NTT Barat berubah nama atau lebih tepatnya peningkatan perannya menjadi Pusat Koperasi Kredit Bekatigade Ende-Ngada (PUSKOPDIT BEN) pada tanggal 22 Agustus 1998 dalam sebuah forum Rapat Anggota Khusus dan mendapat pengakuan formal dari pemerintah pada tanggal 30 Maret 1999 dengan nomor: 03/BH/KWK.24/III/1999.
Perkembangan kopdit di Ende, Ngada, Nagekeo tersendat-sendat. Pada tahun
2001 Inkopdit turun tangan membantu bekerjasama dengan Canadian Coperativ
Assosiation (CCA) memperkenalkan ‘Program Model 2000’ kepada para pengurus primer
dan sekunder.
2. Koperasi Kredit di Manggarai: Perkembangan kopdit di Manggarai pada
awalnya sangat lamban. Kopdit Hanura di Borong dan kopdit Satelit di Wae Lengga
yang ikut program Simpan Pinjam Daerah dan kopdit lain lebih memilih Usaha
Bersama Simpan Pinjam (UBSP). LSM lokal Yayasan Bina Sejahtera bekerjasama
dengan Swiss Intercooperation mengirim 2 karyawannya magang di BK3D Timor. Mereka lalu memisahkan diri dari Puskopdit BK3D
Ende-Ngada dengan tujuan agar kopdit tidak mati dan justru diberi semangat agar
bangkit.
Pada 27 Desember 1997 digelar rapat koperasi tingkat sekunder yang
diprakarsai oleh Yayasan Bina Sejahtera.
Hadir 19 orang yang terdiri dari 12 pengurus Kopdit/UBSP binaan Yayasan Bina Sejahtera dan Yayasan Sinar
Mulia serta sebagian karyawan kedua yayasan itu. Rapat menyetujui pembentukan
koperasi tingkat sekunder dan dinamakan Pra BK3D Manggarai dan ditangani
Yayasan Sinar Mulia.
Tahun 2000 Pra BK3D Manggarai diterima menjadi anggota Inkopdit dan
statusnya naik menjadi BK3D Manggarai. Tahun 2001-2002 BK3D Manggarai mendapat
bantuan keuangan dari Inkopdit melalui Prof. Dr. Tobi Mutis yang digunakan untuk membayar gaji
karyawan, sewa kantor dan membeli
komputer.
Tahun 2003 BK3D Manggarai sudah mandiri dan melebarkan sayap ke kabupaten
Manggarai Barat dan Manggarai Timur. 30 Desember 2006 BK3D Manggarai memperoleh
status Badan Hukum No. 04/BH/DK.II/XII/2006, dan sejak saat itu resmi bernama
Puskopdit Manggarai.
3. Kopdit di Sumba : Kopdit mulai
berkembang sejak 1992 berkat kerjasama antara
BK3D NTT Barat dengan keuskupan Weetebula. Jarak yang jauh dengan transportasi
yang relatif mahal maka diputuskan untuk memisahkan diri dari BK3D NTT Barat. Data
di situs Inkopdit cucoindo.org per 2007 di Pra Puskopdit Sumba ada 15 Kopdit
primer.
4. Kopdit di Timor : dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) Nasional Badan Koperasi Kredit Indonesia (BK3I)
16 Des 1984 di Denpasar, menyetujui pembentukkan BK3D Timor yang meliputi kota
Kupang, Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Belu, Alor
dan Rote.
Pada 8 Juli
1999 BK3D Timor mendapat status badan hukum No. 04/BH/KWK.24/VIII/1999. Kopdit
pertama di pulau Timor adalah Sami Jaya yang
didirikan 13 Sept 1979. Penggagasnya Anton Asten, Florentinus Sumantri dan
Agustinus Fernandes. Sami jaya pada mulanya berkantor di salah satu ruang guru
SMAK Giovani. Dari Sami Jaya tumbuh 6 kopdit baru, yaitu Caritas, Serviam,
Sinar Teknologi, Setia kawan, Buraen, Prudentia dan Sehati Baa. Data Inkopdit,
cucoindo.org per 2007 di Puskopdit Timor ada 35 Kopdit primer.
Refleksi
Apa
yang dapat diperoleh dari sejarah gerakan Credit Union? Raifeissen, Pater Arbie, Roby Tulus serta
para aktivis CU tentu tidak berpikir tentang segelintir orang miskin yang
terhimpit masalah sosial ekonomi saja. Mereka menempatkan nilai hidup manusia sebagai
ciptaan Tuhan yang mempunyai hak memperoleh hidup yang layak.
Walikota
Raifeissen menciptakan pondasi ekonomi yang kokoh bagi rakyatnya, melalui
tahap-tahap karikatif yang bersifat sementara dan kurang membina kesadaran sampai
kepada tahap kesadaran untuk mandiri. Azas Swadaya, Setia kawan, Pendidikan dan
Penyadaran telah menunjukan daya tahan hingga melewati berbagai zaman dan
generasi.
Pastor
Arbie mengadopsi credit union sebagai model usaha yang unggul bagi masyarakat marginal.
Untuk maju dan sejahtera, manusia memang
membutuhkan uang, tetapi diperoleh dengan cara-cara manusiawi. Potensi akal
budi dan hati nurani dikembangkan serta disadarkan agar dunia semakin dialami sebagai
ladang hidup bersama, bukan hanya untuk mereka yang kaya secara materil. Dan kesejahteraan hidup pun merupakan hak
setiap manusia. Ke-aku-an yang individualistik diangkat ke tingkat sosial yang menempatkan ‘aku’ sebagai bagian dari
masyarakat yang tidak hanya mempunyai hak tetapi juga memiliki
kewajiban-kewajiban sosial. Bila di dunia ini ada sebagian orang yang
dikelompokan sebagai kaum marginal karena memiliki berbagai kekurangan dan
keterbatasan, tentu hal itu bukan semata
kesalahan mereka. Ada
orang-orang lain yang mengambil porsi terlalu banyak sehingga ada sekelompok
orang yang mengalami kekurangan atau bahkan tidak kebagian.
Sejarah
Credit Union tidak mengambil hikmah dari semangat merampas hak orang-orang lain,
tetapi terutama menimbah semangat juang dari para perintis, pelopor dan
penggerak untuk menjadi visi pembelajaran bagi generasi selanjutnya. Masyarakat
marginal dididik dan disadarkan akan nilai-nilai luhur kebersamaan dalam
semangat solidaritas dimulai dari apa yang mereka miliki. Hal itu yang kiranya
sangat dipahami oleh pastor Arbie ketika memulai gerakan Credit Union di
Jakarta dan pastor Bollen di Maumere – Flores.
Para anggota dididik untuk memulai usaha dari apa yang
mereka miliki. Itulah modal dasar yang biarpun sedikit atau jumlahnya kecil
tetapi merupakan bibit unggul yang akan tahan terhadap berbagai cobaan. Induk
Koperasi Kredit Indonesia
(Inkopdit) dengan bangga memaparkan perkembangan koperasi kredit di Indonesia
dalam angka-angka. Dari angka ratusan rupiah pada awal orde baru, tertatih-tatih
dan ketika memasuki usia 40 tahun angkanya telah menjadi tujuh trilyun dengan
anggota di atas satu juta. Nilai rata-ratanya bila dibandingkan dengan jumlah
tahun yang telah dilewati memang kecil, tetapi nilai juang dan daya tahannya
patut dibanggakan. Pada masa orba keberadaan CU bagai kerakap hidup di batu dan
baru menghirup udara segar pada masa reformasi.
CU
di Nusa Tenggara Timur yang tumbuh dari Maumere, Ende dan menjalar terus ke
berbagai kabupaten tetap menampakan
eksistensinya sebagai model usaha masyarakat kecil. Bahkan Gubernur, Drs. Frans
Lebu Raya mencanangkan NTT sebagai propinsi koperasi menandakan bahwa CU atau
Koperasi Kredit semakin dipercaya. Melalui gerakan Kopdit gubernur menaruh
harapan akan kesejahteraan hidup masyarakat Flobamora.
Semangat
Credit Union bila dilaksanakan secara benar dan jujur dapat dipastikan bahwa
kesejahteraan hidup akan semakin dinikmati oleh banyak orang. Azas swadaya,
solidaritas, pendidikan dan penyadaran akan tetap bertahan melewati zaman
biarpun harus berhadapan dengan budaya konsumerisme dan hedonisme yang serba
instant pada era multimedia ini.
Itulah
sekelumit sejarah CU dan gerakannya di Indonesia. Wadah yang membuat para
pelopor KSU ANKARA berani mengambil keputusan untuk beralih dari koperasi
konsumen serba usaha menjadi koperasi kredit. Potongan yang dipaparkan pada bagian
ini tidak runtut sebagai sebuah sejarah, tetapi lebih merupakan suatu gerakan
ekonomi yang semakin dipercaya di Indonesia dan juga secara khusus di
NTT.
***