Selasa, 25 September 2012

Sekilas Perkembangan Credit Union Di NTT

-->


a. CreditUnion Lahir dari Arisan Ibu-ibu Watublapi - Maumere

Kehadiran CU di Maumere Flores oleh P. Heinrich Bollen, SVD dan Yosef Doing pada 1 Januari 1969 dengan memelopori pembentukan CU Lepo Woga, sebelum CUCO terbentuk pada 4 Januari 1970. CU ini merupakan peralihan dari arisan ibu-ibu di Watublapi. Ketua Yosef Doing, Sekretaris Romanus Woga dan Hendrikus Mana sebagai bendahara. Kepada anggota ditanamkan pengertian bahwa tujuan CU adalah mendorong anggota untuk hidup mandiri serta saling melayani melalui usaha simpan pinjam.

Karena CU sesuatu yang baru maka diperkenalkan dengan cara membuat sesuatu yang dapat menarik perhatian. Tahun pertama CU Lepa Woga berhasil membangun 5 rumah permanen dan 20 pondasi rumah anggota. Sampai tahun 1970 sudah dibangun 50 unit rumah permanen. P. Bollen memiliki keyakinan bahwa suatu saat nanti CU menjadi alat masyarakat Flores untuk membangun ekonomi daerah. Untuk mewujudkan visi tersebut para anggota diajarkan dan dibiasakan hidup hemat.
Tahun 1972 P. Albrecht, Robby Tullus dan A. G. Lunandi datang memberikan kursus dasar di Maumere. Robby Tulus memberikan motivasi kepada masyarakat agar memiliki kemauan kuat memperbaiki perekonomian keluarga.

Pada 9 Desember 1972 Romanus Woga mengikuti Kursus Perkembangan Desa (Kuperda) di Bogor. Sepulang dari Jawa 1973  Romanus mendapat tugas menggerakan CU yang saat itu menjadi program kerja IPP.
Ada 10 pedoman membangun masyarakat yang merupakan catatan Romanus Woga dari Kursus Pengembangan Masyarakat Desa (Kuperda), yaitu : 1. go to the people (pergi kepada orang-orang), 2. live among them (hidup di antara mereka), 3. love them (mencintai mereka), 4. serve them (melayani mereka), 5. learn from them (belajar dari mereka), 6. plan with them (rencana dengan mereka), 7. start what which they know (mulai dari apa yang mereka ketahui), 8. build on what they have (mengembangkan apa yang mereka miliki), 9. learn by doing (belajar dengan melakukan), dan 10. teach by showing (mengajar dengan menunjukkan)

Romanus Woga sendiri aktif di kopdit sejak 1970 -1988 sebagai petugas lapangan sekaligus motivator kopdit. Ia merintis berdirinya BK3D NTT Timur dan menjadi ketua periode pertama 1976 – 1982.

-->

Masyarakat kabupaten Sikka antusias menerima kehadiran CU sehingga banyak bermunculan CU-CU baru. April 1974 CUCO (Robby Tulus, AG. Lunandi dan Woeryadi) datang memberikan kursus dasar CU dan kepemimpinan) dibiayai oleh keuskupan Maumere. 

Pada 1 Mei 1974 CUCO bersama aktivis CU di Flores sepakat membentuk Koordinasi CU berkedudukan di Ende dengan koordinatornya Guido Abong. Sub koordinasi CU Flores berkedudukan di Maumere, dengan kordinatornya Romanus Woga.

1975 dalam rapat Nasional CU di Bogor, nama kordinator diubah menjadi Badan Pengembangan dan Pembinaan Credit Union (BPPCU) yang di NTT terbagi dua, yaitu NTT Timur meliputi kabupaten Sikka, Flores Timur, Alor dan daratan Timor. BPPCU NTT Barat meliputi Kabupaten Ende, Ngada, Manggarai, Sumba Timur dan Sumba Barat. Koordinator dan Subkoordinator dihapus.

Menindaklanjuti hasil seminar, BPPCU NTT Timur mengadakan konferensi daerah di Maumere yang dihadiri 13 CU yaitu : Berdikari, Surya Kencana, St. Yoseph, Jiro Jaro, Lepo Woga, Obor Mas, Sube Huter, Suru Pudi, Didik Makmur, Puspa Jaya, dan Wida Timur, Wida Wini, Bintang Kejora, dan Deru Dede. Ketiga belas CU merubah nama BPPCU menjadi BPDKK NTT Timur dengan ketua Romanus Woga dari CU Lepo Woga dan Paulus Keu Bapa dari CU Jiro Jaro menjadi wakil.

BK3I mendorong agar setiap kopdit dan BK3D mendapatkan status badan hukum dari pemerintah. BK3D NTT Timur pada 7 September 1996 di Maumere mengadakan rapat dengan 6 ketua kopdit yang telah memiliki Badan Hukum yaitu: Obor Mas (Maumere) dengan ketua Yosef Doing, Sukma (Larantuka) dengan ketua Marsel Wutun, Deru Dede (Maumere) dengan ketua Mathilde Clementia, Bina Keluarga (Maumere) Maria Yustina Idi, Ankara (Lewoleba) dengan ketua Karolus Tue Ledjab dan Tuke Jung (Nele) dengan ketua Yoseph Os. Rapat menyetujui pembentukan Puskopdit Swadaya Utama yang berkedudukan di Jl. Soekarno-Hatta, Maumere dengan ketua Romanus Woga.

b. Koperasi Kredit Menyebar di Nusa Tenggara Timur

Credit Union yang dimulai di Maumere, Ende, Bajawa, dan Larantuka tidak terlalu menggeliat sebagai gerakan yang diminati masyarakat. Mungkin gemanya tertutup dengan Koperasi Serba Usaha (KSU) dan Koperasi Unit Desa (KUD) yang sejak 1970-an sangat gencar digalakan. Tetapi jiwa Credit Union yang mempunyai daya tahan yang cukup kuat dan berkesinambungan membuatnya mantap dan pasti melewati berbagai hambatan. Berikut ini sepintas melihat perkembangan Koperasi Kredit di daerah lain di NTT.

1.      Kopdit di Ende dan Ngada : BK3D NTT Barat berpusat di Ende yang meliputi kabupaten Ende, Ngada, Manggarai, Sumba Timur, Sumba Barat. BK3D NTT Barat kemudian mengganti nama menjadi Puskopdt Bekatigade Ende-Ngada dan Nagekeo (BENN). 

Menurut catatan perjalanan Koperasi Kredit Indonesia dalam buku ‘Menyongsong Tantangan Abad ke-21’ terbitan Induk Koperasi Kredit (Inkopdit)-Jakarta tahun 1995, terbentuknya koperasi kredit pertama di Nusa Tenggara Timur bagian Barat pada tahun 1972. Saat itu sekelompok anak muda guru SMAK Syuradikara Ende membentuk Credit Union di lingkungan asramanya dengan nama ‘Jayakarta’. Juni 1974. Credit Union Jayakarta bekerjasama dengan Delsos Ende, Pater Ir. B. J. Baack, SVD dan CUCO menyelenggarakan Kursus Dasar Credit Union yang diikuti oleh peserta dari daerah Flores.

Sejak itulah koperasi kredit berkembang di seluruh Flores dan untuk daerah wilayah barat hingga daratan Sumba berpayung pada Badan Koordinasi Koperasi Kredit wilayah Barat yang lebih dikenal dengan BK3D NTT Barat. BK3D NTT Barat dengan kegiatan utamanya Silang Pinjam Daerah (SPD) dimulai pada tanggal 07 Juli 1985 yang meliputi Kabupaten Ende, Ngada, Manggarai, Sumba Timur dan Sumba Barat.

Tahun 1992, Sumba Timur dan Sumba Barat berdiri sendiri dan 3 tahun kemudian tepatnya tahun 1995, Manggarai pun berdiri sendiri yang langsung difasilitasi dari Inkopdit – Jakarta. BK3D NTT Barat berubah nama atau lebih tepatnya peningkatan perannya menjadi Pusat Koperasi Kredit Bekatigade Ende-Ngada (PUSKOPDIT BEN) pada tanggal 22 Agustus 1998 dalam sebuah forum Rapat Anggota Khusus dan mendapat pengakuan formal dari pemerintah pada tanggal 30 Maret 1999 dengan nomor: 03/BH/KWK.24/III/1999. 

Perkembangan kopdit di Ende, Ngada, Nagekeo tersendat-sendat. Pada tahun 2001 Inkopdit turun tangan membantu bekerjasama dengan Canadian Coperativ Assosiation (CCA) memperkenalkan ‘Program Model 2000’ kepada para pengurus primer dan sekunder.

2. Koperasi Kredit di Manggarai: Perkembangan kopdit di Manggarai pada awalnya sangat lamban. Kopdit Hanura di Borong dan kopdit Satelit di Wae Lengga yang ikut program Simpan Pinjam Daerah dan kopdit lain lebih memilih Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP). LSM lokal Yayasan Bina Sejahtera bekerjasama dengan Swiss Intercooperation mengirim 2 karyawannya magang di BK3D Timor. Mereka lalu memisahkan diri dari Puskopdit BK3D Ende-Ngada dengan tujuan agar kopdit tidak mati dan justru diberi semangat agar bangkit. 

Pada 27 Desember 1997 digelar rapat koperasi tingkat sekunder yang diprakarsai oleh Yayasan Bina Sejahtera.  Hadir 19 orang yang terdiri dari 12 pengurus Kopdit/UBSP binaan  Yayasan Bina Sejahtera dan Yayasan Sinar Mulia serta sebagian karyawan kedua yayasan itu. Rapat menyetujui pembentukan koperasi tingkat sekunder dan dinamakan Pra BK3D Manggarai dan ditangani Yayasan Sinar Mulia.

Tahun 2000 Pra BK3D Manggarai diterima menjadi anggota Inkopdit dan statusnya naik menjadi BK3D Manggarai. Tahun 2001-2002 BK3D Manggarai mendapat bantuan keuangan dari Inkopdit melalui Prof. Dr. Tobi Mutis          yang digunakan untuk membayar gaji karyawan, sewa kantor  dan membeli komputer.

Tahun 2003 BK3D Manggarai sudah mandiri dan melebarkan sayap ke kabupaten Manggarai Barat dan Manggarai Timur. 30 Desember 2006 BK3D Manggarai memperoleh status Badan Hukum No. 04/BH/DK.II/XII/2006, dan sejak saat itu resmi bernama Puskopdit Manggarai.

3. Kopdit di Sumba : Kopdit mulai berkembang sejak 1992  berkat kerjasama antara BK3D NTT Barat dengan keuskupan Weetebula. Jarak yang jauh dengan transportasi yang relatif mahal maka diputuskan untuk memisahkan diri dari BK3D NTT Barat. Data di situs Inkopdit cucoindo.org per 2007 di Pra Puskopdit Sumba ada 15 Kopdit primer. 

4. Kopdit di Timor : dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT)  Nasional Badan Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) 16 Des 1984 di Denpasar, menyetujui pembentukkan BK3D Timor yang meliputi  kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Belu, Alor  dan Rote.

Pada 8 Juli 1999 BK3D Timor mendapat status badan hukum No. 04/BH/KWK.24/VIII/1999. Kopdit pertama di pulau Timor adalah Sami Jaya yang didirikan 13 Sept 1979. Penggagasnya Anton Asten, Florentinus Sumantri dan Agustinus Fernandes. Sami jaya pada mulanya berkantor di salah satu ruang guru SMAK Giovani. Dari Sami Jaya tumbuh 6 kopdit baru, yaitu Caritas, Serviam, Sinar Teknologi, Setia kawan, Buraen, Prudentia dan Sehati Baa. Data Inkopdit, cucoindo.org per 2007 di Puskopdit Timor ada 35 Kopdit primer.

Refleksi

Apa yang dapat diperoleh dari sejarah gerakan Credit Union?  Raifeissen, Pater Arbie, Roby Tulus serta para aktivis CU tentu tidak berpikir tentang segelintir orang miskin yang terhimpit masalah sosial ekonomi saja. Mereka menempatkan nilai hidup manusia sebagai ciptaan Tuhan yang mempunyai hak memperoleh hidup yang layak. 

Walikota Raifeissen menciptakan pondasi ekonomi yang kokoh bagi rakyatnya, melalui tahap-tahap karikatif yang bersifat sementara dan kurang membina kesadaran sampai kepada tahap kesadaran untuk mandiri. Azas Swadaya, Setia kawan, Pendidikan dan Penyadaran telah menunjukan daya tahan hingga melewati berbagai zaman dan generasi. 

Pastor Arbie mengadopsi credit union sebagai model usaha yang unggul bagi masyarakat marginal. Untuk maju dan sejahtera, manusia  memang membutuhkan uang, tetapi diperoleh dengan cara-cara manusiawi. Potensi akal budi dan hati nurani dikembangkan serta disadarkan agar dunia semakin dialami sebagai ladang hidup bersama, bukan hanya untuk mereka yang kaya secara materil.  Dan kesejahteraan hidup pun merupakan hak setiap manusia. Ke-aku-an yang individualistik diangkat ke tingkat sosial  yang menempatkan ‘aku’ sebagai bagian dari masyarakat yang tidak hanya mempunyai hak tetapi juga memiliki kewajiban-kewajiban sosial. Bila di dunia ini ada sebagian orang yang dikelompokan sebagai kaum marginal karena memiliki berbagai kekurangan dan keterbatasan, tentu hal itu bukan  semata kesalahan mereka. Ada orang-orang lain yang mengambil porsi terlalu banyak sehingga ada sekelompok orang yang mengalami kekurangan atau bahkan tidak kebagian.

Sejarah Credit Union tidak mengambil hikmah dari semangat merampas hak orang-orang lain, tetapi terutama menimbah semangat juang dari para perintis, pelopor dan penggerak untuk menjadi visi pembelajaran bagi generasi selanjutnya. Masyarakat marginal dididik dan disadarkan akan nilai-nilai luhur kebersamaan dalam semangat solidaritas dimulai dari apa yang mereka miliki. Hal itu yang kiranya sangat dipahami oleh pastor Arbie ketika memulai gerakan Credit Union di Jakarta dan pastor Bollen di Maumere – Flores. 

Para anggota dididik untuk memulai usaha dari apa yang mereka miliki. Itulah modal dasar yang biarpun sedikit atau jumlahnya kecil tetapi merupakan bibit unggul yang akan tahan terhadap berbagai cobaan. Induk Koperasi Kredit Indonesia (Inkopdit) dengan bangga memaparkan perkembangan koperasi kredit di Indonesia dalam angka-angka. Dari angka ratusan rupiah pada awal orde baru, tertatih-tatih dan ketika memasuki usia 40 tahun angkanya telah menjadi tujuh trilyun dengan anggota di atas satu juta. Nilai rata-ratanya bila dibandingkan dengan jumlah tahun yang telah dilewati memang kecil, tetapi nilai juang dan daya tahannya patut dibanggakan. Pada masa orba keberadaan CU bagai kerakap hidup di batu dan baru menghirup udara segar pada masa reformasi. 

CU di Nusa Tenggara Timur yang tumbuh dari Maumere, Ende dan menjalar terus ke berbagai kabupaten  tetap menampakan eksistensinya sebagai model usaha masyarakat kecil. Bahkan Gubernur, Drs. Frans Lebu Raya mencanangkan NTT sebagai propinsi koperasi menandakan bahwa CU atau Koperasi Kredit semakin dipercaya. Melalui gerakan Kopdit gubernur menaruh harapan akan kesejahteraan hidup masyarakat Flobamora.

Semangat Credit Union bila dilaksanakan secara benar dan jujur dapat dipastikan bahwa kesejahteraan hidup akan semakin dinikmati oleh banyak orang. Azas swadaya, solidaritas, pendidikan dan penyadaran akan tetap bertahan melewati zaman biarpun harus berhadapan dengan budaya konsumerisme dan hedonisme yang serba instant pada era multimedia ini.

Itulah sekelumit sejarah CU dan gerakannya di Indonesia. Wadah yang membuat para pelopor KSU ANKARA berani mengambil keputusan untuk beralih dari koperasi konsumen serba usaha menjadi koperasi kredit. Potongan yang dipaparkan pada bagian ini tidak runtut sebagai sebuah sejarah, tetapi lebih merupakan suatu gerakan ekonomi yang semakin dipercaya di Indonesia dan juga secara khusus di NTT.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar